Soedarso – Dokter Mas Soedarso atau dr. Soedarso adalah salah satu pejuang kemerdekaan selama gerakan kemerdekaan Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan Kalimantan Barat. Pada tanggal 20 Mei 1959, beliau terpilih menjadi rektor pertama Universitas Daya Nasional (sekarang Universitas Tanjungpura).
Pada tanggal 24 November 1976, nama Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUD) diubah menjadi Dr. Soedarso diurus oleh Pemerintah Negara Bagian Kalimantan Barat
Soedarso
Dr. Ia adalah anak keenam dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Raden Atmosoebroto dan ibunya bernama Oemimackminatun. Ayahnya juga berada di kabupaten Purwokerto sejak 23 Mei 1893.
Pembangunan Gedung Baru Rsud Soedarso Pontianak Capai 90 Persen Lebih
Soedarso menikah dengan gadis pilihannya sendiri bernama Soetitah. Mereka memiliki delapan anak: Agus Sutiars, Agus Setiadi, Andarwini (meninggal pada usia tiga tahun), Sriyati Supranggono, Sri Rezeki Norodjati, Agus Setiawan, Sri Astuti Suparmant, dan Savitri Tri Haryona. Pernikahannya dengan Soetitah hanya bertahan hingga tahun 1961. Soetitah meninggal karena sakit.
Setahun kemudian, Soedarso menikah dengan Hartati yang saat itu menjabat sebagai Ketua Yayasan Bunda Pontianak. Mereka memberkati seorang gadis bernama Savitri Restu Wardhani.
Dokter Soedarso mulai menjabat di Kalimantan Barat pada bulan Februari 1938. Ia diangkat menjadi pengurus Sanggau. Pada tahun 1941, Lie Giok diangkat sebagai tenaga medis cadangan kelas dua, bersama dengan Tjoan dan Rubini. Pada Maret 1944, Soedarso dipindahkan ke Singkawang dan kemudian dipindahkan ke Pontianak pada tahun 1945.
Ketika dokter-dokter Jepang keluar dari RS Umum Sei Jawi (sekarang RS St. Antonius Pontianak), Dokter Soedarso mengambil alih untuk sementara. Pada tahun 1945, Dokter Soedarso juga diangkat sebagai dokter negeri Rumah Sakit Jiwa Pontianak dan Ngabang. Beliau kemudian menjabat sebagai Inspektur Medis Kalimantan Barat dari tahun 1958 hingga 1971.
Bedah Plastik Rekonstruksi Dan Estetik Hari Ulang Tahun Rsud Soedarso Ke 43 Tahun
Dokter Soedarso juga memimpin brigade rahasia Divisi (B) Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), berdagang di Kalimantan Barat, bermarkas di Pontianak.
Pada tanggal 2 Mei 1947, Dr. Soedarso, Ketua Gabungan Pemuda Indonesia (GAPI), menyelenggarakan konferensi pemuda dan mengundang seluruh organisasi pemuda di Kalimantan Barat. Belanda pada tahun 1948, Dr. Soedarsoj divonis enam tahun penjara. Itu dituduh sebagai “tindakan gelap di waktu yang berbahaya”. Dipindahkan ke penjara Batavia Cipinang.
Ketika terjadi pemogokan di Kalbar karena hukum kolonial tahun 1950 masih berlaku, Soedarso menjadi sekretaris Delegasi DPRD Kalbar yang diketuai Lukman Wiriadinata. Dan mereka berperan dalam kesepakatan antara Dewan Kabupaten Kalimantan dan Komite Nasional.
Di Departemen Pendidikan, Dokter Soedarso adalah pengawas atau dewan pengawas (1959-1961). Ia juga salah satu pelopor berdirinya Universitas Daya Nasional (kemudian berganti nama menjadi Universitas Dwikora, Universitas Negeri Pontianak dan sekarang Universitas Tanjung Pura atau UNTAN), bersama beberapa tokoh politik dan sosial di Kalimantan Barat. Ini termasuk Edy Kresno, J.C. Oevang Oeray, R. Wariban, Ismail Hamzah, Ibrahim Saleh, M.A. Rani, Hasnol Kabrim Bpk. USA Sarıada, H.A. Mansur dan D.Suhardi. Pada awal berdirinya universitas ini memiliki dua fakultas yaitu Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi. Orang pertama yang masuk dan lulus dari Fakultas Hukum adalah Ali As, Gubernur Kabupaten Kapuas Hulu periode 1975-1980.
Resmikan Tower Baru Rsud Soedarso, Presiden Tekankan Pentingnya Peningkatan Sistem Kesehatan Nasional
Dokter Soedarso juga mendirikan Sekolah Latihan Ban di Pontianak, Sekolah Kesehatan di Sintang dan Ketapang, serta ikut serta dalam pendirian Sekolah Teknik di Pontianak.
Pada masa pendudukan Jepang, orang-orang terkenal dari Kalimantan Selatan dicurigai mengunjungi Kalimantan Barat. Mereka diduga menyebarkan pemberontakan melawan penjajah di daerah-daerah populer di Kalimantan Barat.
Kemudian Jepang melakukan pembantaian yang berakhir di Korjooge. Berbagai pembunuhan dilakukan terhadap bangsawan, cendekiawan, pengusaha, dan dokter dari Kuomintang. Dokter yang dibunuh tentara Jepang antara lain Dokter Sunaryo, Dokter Agusjam, Dokter Ismail, Dokter Diponegoro, Dokter Zakir, dan Dokter Rubini. dr. Soedarso selamat dari kematiannya karena militer Jepang membutuhkan jasanya untuk merawat orang Jepang.Presiden Jokowi, RSUD Dr. Soedarso di Desa Bank Belitung Laut, Kecamatan Pontianak, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (9/8/2022) sore. (Foto: Humas/Jay)
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soedarso di Desa Bank Belitung Laut, Kecamatan Pontianak, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (9/8/2022) siang.
Presiden Ri Joko Widodo Resmikan Gedung Baru A Dan B Rsud Dokter Soedarso
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan bahwa penyebaran COVID-19 telah memberikan banyak pelajaran, terutama dalam penilaian sistem kesehatan nasional yang dianggap memiliki banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki.
“Kami telah belajar banyak tentang penyakit ini dalam dua setengah tahun. Jika kita melihat sistem kesehatan negara kita, mana yang perlu ditingkatkan, mana yang perlu diperlambat dan mana yang perlu dipercepat, semuanya jelas. Ketika kita menderita, semuanya terlihat, ketika kita mengalami wabah penyakit, semuanya terlihat. Kami secara bertahap akan memperbaiki yang terlihat dan yang tidak terlihat.”
Kepala pemerintahan, dr. Dengan luas 26,63 hektar, Soedarso memiliki fasilitas modern untuk melayani dan mengobati sakit atau penyakit pada masyarakat. Dengan begitu, kami berharap masyarakat yang tinggal di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak, tidak perlu berobat ke luar negeri.
“Ketika saya mendengar bahwa seseorang dari negara kita sakit dan harus pergi ke luar negeri, saya sangat kesal. Jumlah yang dibayarkan kepada pasien dan luar negeri lebih dari Rp 110 triliun per tahun.”
Pembangunan Rsud Soedarso Dan Pstk Kalbar Rampung Akhir Tahun 2021
Presiden mengatakan, pembangunan rumah sakit ini dimulai saat Gubernur Kalbar datang dan meminta bantuan untuk mengembangkan rumah sakit tersebut sebagai fasilitas kesehatan.
“(Pembangunan) menelan biaya Rp 205 miliar, peralatan medis juga sekitar Rp 200 miliar, itu namanya kerja sama dua pihak untuk menyelesaikan uang yang harus dikeluarkan, karena rumah sakit kita belum siap, saya sudah cek, ada 277 tempat tidur, saya Sibuk di ruang operasi saya urus, semuanya super modern, jadi saya ingatkan tidak usah keluar (untuk berobat), di sini cukup untuk menangani kasus-kasus sekarang ini,” ujarnya. .
Di sisi lain, Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan rumah sakit tidak akan diklasifikasikan berdasarkan kelas dan akan merawat setiap pasien untuk penyakit yang berbeda.
“RS ini nanti tanpa kelas ya pak, karena kami yakin RS ini, kelas ini (seharusnya) tergantung jenis penyakitnya, jadi jangan dilihat dari segi solvabilitas, lihat dari sisi sakitnya.” dikatakan.
Direktur Dan Karyawan Rsud Dr. Soedarso Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H, Mohon Ma’af Lahir & Batin
Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Perdagangan Erick Thohir, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono dan Direktur RSUD Dr. Juga, dr. Julia Saripawan. (TGH/AIT/ZN) Komodor Yosaphat “Yos” Sudarso (24 November 1925 – 15 Januari 1962) adalah seorang perwira Angkatan Laut Indonesia yang tewas dalam Pertempuran Laut Arafura. Yos Sudarso adalah Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia pada saat kematiannya dan bertanggung jawab atas misi pendudukan di Nugini Belanda.
Pertempuran Vlakke Hoek (Teluk Etna) di Laut Arafura menghentikan upaya Angkatan Laut Indonesia untuk memindahkan 150 tentara dari Kaimana di Nugini Belanda karena penduduk setempat memprovokasi dan menghasut pemerintah Belanda. Sementara Sudarso memimpin operasi angkatan laut, Kolonel Mursyid memerintahkan orang-orang itu masuk. Tiga kapal torpedo Jaguar meninggalkan Kepulauan Aru pada tengah malam, tetapi dihentikan oleh pesawat pengintai Belanda karena Belanda telah menunggu aksi ini selama beberapa minggu. Kapal torpedo menanggapi dengan menembakkan rudal sinyal di dekat pesawat. Kapal perusak Belanda HNLMS Everts th ikut terjun dan menenggelamkan KRI Matjan Tutul di bawah komando Sudarso. Dua kapal lainnya, KRI Matjan Kumbang dan KRI Harimau, lolos, namun satu jatuh ke laut dan satu lagi dilumpuhkan oleh tembakan. Everts berhasil menyelamatkan sebagian besar penumpang di Matjan Tutula, namun sedikitnya tiga pelaut tewas, termasuk Laksamana Sudarso.
Tindakan itu sendiri gagal, Geral Nasution menolak untuk memberikan kabar buruk kepada Sukarno, memaksa Kolonel Mursyid melakukannya sendiri.
Namun, dalam kasus Nugini Belanda, perang kecil ikut bertanggung jawab atas rangkaian tersebut, yang mencakup Uni Soviet dan Amerika Serikat, dan dirayakan sebagai “Hari Pengorbanan Laut”, hari peringatan nasional tahunan di Indonesia. Dua belas tahun setelah kematiannya, Yos Sudarso resmi masuk dalam daftar pahlawan revolusi Indonesia. KRI Harimau diperingati di Museum Purna Bhakti Pertiwi di Indah, Taman Mini Indonesia, sedangkan Indonesia mengeluarkan perangko khusus untuk memperingati jasanya kepada negara.
Soedarso Hospital Pontianak Treats Patients Suspected Of Infected With Monkey Smallpox
Pulau Yos Sudarso dan Teluk Yos Sudarso di Indonesia dinamai untuk menghormatinya. Dua kapal Angkatan Laut Indonesia dinamai menurut namanya. Kapal pertama adalah KRI Jos Sudarso (351), kapal kelas Riga yang mulai beroperasi pada tahun 1963 dan pensiun pada tahun 1986. . Halo hari ini! Pontianak – Gedung baru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soedarso, Pontianak resmi bisa melayani penyembuhan masyarakat. Gedung RS baru yang diresmikan Presiden Jokowi pada Selasa, 9 Agustus 2022 ini memiliki fasilitas yang memadai dan peralatan yang modern.
Heri Mustamin, Ketua Komisi V DPRD Kalbar, menyatakan gedung baru, fasilitas memadai dan fasilitas medis modern, pelayanan